Rabu, 09 Mei 2012

UFC 145 Jon Jones Vs Rashad Evans: Pengukuhan the Bones Sebagai Petarung Light Heavyweight Terbaik



Akhirnya, setelah 3 bulan perang urat syaraf, pertandingan antara Jon Jones dan Rashad Evans telah menjadi bagian dari sejarah. Pertandingan untuk Light Heavyweight Championship UFC ini menjawab pertanyaan dan perdebatan yang sudah menumpuk di kalangan  penggemar mixed martial arts (MMA) di ppenjuru dunia. Forum-forum internet, media massa, bahkan obrolan ringan antara dua orang penggemar beladiri campuran ini tidak hentinya membahas "siapa yang lebih hebat antara Jon Jones dan Rashad Evans.

Animo penggemar MMA akan pertandingan antara kedua petarung kelas satu ini telah lama membara, sebelum Rashad Evans mengalahkan Phil Davis di UFC On FOX Evans Vs Davis pada bulan Januari silam untuk mendapatkan posisi penantang utama Light Heavyweight Championship UFC, tepatnya pada saat Rashad Evans harus mundur dari pertandingan melawan Jon Jones karena cedera ibu jari. Selain itu keduanya adalah anak asuh Greg Jackson; tokoh yang dianggap sebagai pelatih MMA terhebat di dunia dan telah mencetak banyak juara. Bahkan, Jon Jones dulu merupakan rekan berlatih Rashad Evans sebelum Evans meninggalkan Greg Jackson Academy untuk bergabung dengan Blackzillian. Praktis, selain Greg Jackson, Evans tentu merupakan sosok mentor bagi Jones. Ini terlihat dari kuda-kuda dan pose staredown Jones yang cukup mirip dengan Evans.

Bergabung di UFC dengan selisih waktu 3 tahun (Rashad Evans di 2005, Jon Jones di 2008), Jon Jones dan Rashad Evans telah menjelma menjadi dua petarung kelas satu di divisi kebanggaan UFC. Rekor kekalahan kedua petarung tersebut sangatlah bagus. Sebelum pertandingan mereka di UFC 145 keduanya hanya pernah kalah satu kali. Namun, terlihat perbedaan kualitas yang cukup mencolok antara keduanya. Sementara Rashad Evans lebih banyak memenangkan pertandingannya melalui unanimous decision, kemenangan Jon Jones diwarnai oleh TKO, KO, dan submission melalui cekikan yang taktis cepat serta brutal. Tak ayal hampir seluruh forum MMA sepakat bahwa Jon Jones adalah petarung yang lebih baik diantara keduanya dengan perbedaan level yang cukup signifikan. Demikian pula dengan polling yang diadakan UFC sesaat sebelum pertandingan Jones melawan Evans, Jones mendapatkan 63% presentase kemungkinan menang sedangkan Evans hanya 37%. Sebagai gambaran lain akan perbedaan kualitas keduanya, Rashad Evans kalah KO dalam pertandingan melawan Lyoto machida, sedangkan, menghadapi lawan yang sama, Jones memenangkan pertandingan melalui technical submission.

Namun, pertandingan keduanya di UFC 145 ternyata tidak seperti yang dibayangkan. Jon Jones tidak mendominasi lawan secara brutal seperti pada pertandingannya melawan Stephan Bonnar atau Lyoto Machida. Rashad Evans memaksa Jon Jones bermain hati-hati. Pada ronde satu dan dua permainan dimiliki oleh Rashad Evans. Pertahanannya yang solid dan footwork yang lincah memaksa Jones untuk bertukar jab dan strike. Evans bahkan bisa memasukkan tendangan ke kepala dan pukulan ke wajah Jones. Namun memasuki ronde ketiga, permainan jatuh ke tangan Jones. Ia bisa membaca strategi Evans, dan menemukan celah di pertahanan Evans yang sebenarnya sangat rapat namun terlihat kendor dihadapan striking Jones. Bahkan, ia bisa memposisikan dirinya untuk kemudian melancarkan serangan sikut andalannya yang sangat mematikan. Ronde keempat dan kelima penuh dengan badai pukulan, sikutan, dan tendangan yang selalu bisa menembus pertahanan Evans. Striking Jones berkali-kali mendarat ke wajah dan anggota tubuh Evans lainnya, sedangkan ketika Evans menguasai pola permainan pada ronde pertama dan kedua sedikit sekali serangan efektifnya mendarat di tubuh Jones. Selain tekhnik dan kepandaiannya dalam menentukan jarak, hal ini tidak lepas jua dari jangkauan Jones yang luar biasa panjang; 215 cm, jangkauan terpanjang dalam sejarah UFC. Bila seseorang yang tidak mengetahui latar belakang Jon Jones menonton pertandingan ini, ia pasti berasumsi bahwa Jon Jones memiliki latar belakang muay thai atau kickboxing. Padahal sebenarnya Jones memiliki latar belakang gulat. Opini awam tersebut adalah salah satu bukti betapa bagusnya striking Jones. Setelah lima ronde, Jon Jones memenangkan pertandingan secara unanimpus decision dengan skor 49-46, 49-46, dan 50-45; pertama kalinya Jon Jones mencapai ronde lima dan pertama kalinya Jon Jones memenangkan pertandingan kejuaraan melalui decision.



Kemenangan Jon Jones atas Rashad Evans merupakan bukti bahwa yang paling menakutkan dari Jon Jones bukanlah variasi tekhnik dan kebrutalannya, namun kemampuannya untuk mengerti strategi lawan dan memposisikan lawan di tempat yang diinginkan Jones. Kemampuan Jones untuk beradaptasi dengan gaya permainan Evans dan akurasi serangannya dalam mencari celah di antara pertahanan Evans adalah kunci kemenangan the Bones. Selain itu Jon Jones juga diberkahi fisik yang menjadikannya tanpa tanding. Dengan lengan dan kaki sepanjang itu, ia tidak akan mengalami masalah dengan jangkauan. Selain itu dagu Jones juga kuat. Terbukti ia menerima dua serangan Rashad Evans, yang mematikan, dan masih melenggang kangkung seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Rashad Evans sendiri SAMA SEKALI bukan petarung yang jelek dan apabila dia bisa mempertahankan performanya, dia akan menutup karir sebagai salah satu pertarung terbaik UFC. Namun jelas Jon Jones berada di level yang berbeda dari petarung-petarung di divisi light heavyweight lainnya. Dengan kemenangannya atas Rasahd Evans, Jones bergabung dengan Frank Shamrock, Tito Ortiz, dan Chuck Liddell sebagai petarung light heavyweight yang sukses mempertahankan gelar sebanyak empat kali. Dan secara kualitas, Jon Jones berada diatas ketiganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar