Selasa, 30 November 2010

King of Panda Invasion Tour 2010, Jogjakarta; Rain On Our Parade

Pada hari Minggu tanggal 28 November 2010 saya kembali menginjakkan kaki di Ampiteater Taman Budaya Jogjakarta, tempat yang menjadi saksi bisu kesuksesan saya dan teman - teman dari Bayangan Merah dalam mengadakan gig Pop Punk vs Hardcore pada tanggal 24 September silam. Sesuai dengan sub-judul dari notes Facebook mengenai gig tersebut yang sudah saya tulis sebelumnya; "Pop Punk Vs Hardcore: No Rain Can Stop Us", hujan lebat yang mengguyur Jogjakarta pada Jumat siang waktu itu tidak menyurutkan minat para penikmat musik indie untuk bersenang - senang di pit. Dan kali ini saya mendapat kesempatan untuk menyaksikan performa dari King of Panda, band yang mendapat penghargaan sebagai Best New Comer pada ICEMA 2010 di tempat bersejarah tersebut

Namun kali ini kami tidak seberuntung dulu.

Hujan lebat yang mengguyur Taman Budaya pada minggu malam menjadi alasan batalnya performa Kids Won't Down, Hang Out, Baku Hantam, Reason To Die, dan King of Panda selaku main event dari King of Panda Invasion Tour 2010: Jogjakarta pada hari Minggu kemarin.

Kegagalan gig ini menurut saya disebabkan oleh human error berupa kesalahan panitia dalam menetapkan venue terlepas dari faktor budget atau apapun. Panitia seharusnya belajar dari kelabakan yang saya dan rekan - rekan Bayangan Merah alami pada Pop Punk Vs Hardcore karena stage yang tergenang air pasca hujan. Untungnya pada Pop Punk Vs Hardcore hujan lebat turun sebelum acara dimulai dan reda tidak lama setelah acara (seharusnya) dimulai. Itupun mengakibatkan acara melewati batas waktu walaupun akhirnya masalah perizinan tambahan waktu dan lain sebagainya berhasil diurus oleh Ramadhan Bayumurti, sang ketua panitia, hingga gig tersebut berakhir dengan sukses. Tapi pada King of Panda Invasion Tour hujan turun 2 jam sebelum batas waktu yaitu pada 23:00 WB dan reda hanya sekitar 18 menit sebelum batas waktu pada pukul 22:42. Ditambah dengan stage yang tergenang air, waktu yang diperlukan untuk membersihkannya, juga mood penonton yang memburuk, membuat acara tidak lagi kondusif untuk diteruskan.

Yang menjadi pertanyaan adalah "why take risk?" Cuaca di Jogjakarta tidaklah menentu, maka dari itu kenapa kita harus mengambil resiko dengan mengadakan gig di venue semi terbuka? Bukankah masih ada basement STIE YKPN di daerah Palagan yang menjadi venue dari Good Ear Therapy # 3 pada hari Minggu tanggal 23 Mei 2010 silam dimana hujan juga notabene turun pada hari itu. Namun acara tetap berjalan lancar tentu saja karena stage tidak tergenang air dan venue tetap kering. Tapi yah, kehendak alam memang tidak bisa dilawan. "Namanya juga nasib" jawab salah seorang personel King of Panda ketika saya tanya mengenai masalah ini.

Saya adalah orang yang percaya dengan kalimat "Semua yang diawali dengan baik akan diakhiri dengan baik" walaupun mungkin saya akan membuat pengecualian untuk gig ini. King of Panda Invasion Tour 2010 dimulai dengan lancar meski masih dibumbui keterlambatan (yah, namanya juga orang Indonesia, telat sudah membudaya). acara yang di flyer tertulis dimulai pada pukul 14:00 WIB baru dimulai pada pukul 15:00 WIB. Band yang tampil pertama adalah Kuda Besi. Performa dari band yang memainkan musik sejenis Madball atau Sick of It All ini optimal meski mendapat minim support dari crowd berhubung jumlahnya masih sedikit. Output suara dari sound system yang digunakan pada gig ini juga bagus, indikasi bahwa output suara keseluruhan performa band yang tampil akan bagus. Acara dilanjutkan dengan penampilan kedua dari Day Dreamer. Keterlambatan hadir dari band yang bersuara mirip dengan Set Your Goals ini membuat saya cukup jengkel, tapi performa mereka mengimpaskan hati saya terlebih saat mereka memainkan lagu "Echoes" dari album "Mutiny" karya Set Your Goals. Permainan mereka membakar adrenalin walaupun kurang rapi. Penampil ketiga adalah Find My Way Back band punk pop semacam No Use For A Name yang divokali oleh Sosis, bassis Kids Won't Down. Penampilan mereka rapi dan sangat menjiwai, sejauh yang saya lihat dan dengar tidak mempunyai kekurangan. Saya pribadi juga lumayan menggemari musik NUFAN dan merasa senang ketika Find My Way Back membawakan lagu "International You Day" karya NUFAN. Penampil selanjutnya adalah Kamar Mandi Atas, band yang namanya hanya berbeda satu kata dari Kamar Mandi; band ska punk asal Samarinda yang saya kategorikan sebagai "Freakchord Punk" sebagaimana halnya band yang dikategorikan sebagai "Fatwreck Punk". Melihat tingginya kesiapan personil dari segi peralatan musik (mereka membawa gitar, bass, efektor gitar, efektor bass, dan beberapa equipment drum) saya menduga akan menyaksikan sebuah performa yang menarik. Namun kenyataannya tidak begitu; tempo drum yang berantakan, output suara gitar dan bass yang tidak sinkron, output suara vokal yang terdengar malu - malu, dan output suara efektor gitar yang terdengar terbenam membuat lagu kesukaan saya yaitu "Linoleum" karya NOFX yang di kover oleh mereka jadi terdengar tidak enak. Selagi menunggu datangnya band selanjutnya yaitu Keju Amrik, duet MC di acara ini mencoba melucu di hadapan crowd. Saya beberapa kali terkikik ketika mendengar kata - kata dan melihat aksi mereka, seperti saat mereka mengadakan kuis berhadiah doorprize kepada crowd yang mau maju ke panggung dan menjawab pertanyaan mereka. Tantangan mereka dijawab oleh vokalis Kuda Besi. Ketika MC yang berkulit sawo matang dan berwajah lucu bertanya "sebutkan band - band yang tampil pada gig kali ini" sang vokalis menjawab "King of Panda, King of Macan, dan King of Gajah". Walaupun jawabannya jelas ngawur namun karena ke percayaan dirinya yang tinggi sang vokalis tetap mendapatkan doorprize berupa baju temon pengungsi Merapi. Sang vokalis berencana akan memberikan baju tersebut kepada pacarnya, sementara ada crowd yang berkata akan menjualnya kembali. MC mengakhiri basa - basinya ketika Keju Amrik datang ke stage. Performa band yang memainkan musik old school punk/hc seperti Propagandhi dan Fugazi ini optimal. Saya mengacungi jempol performa vokalisnya yang sangat enerjik. Penampil terakhir sebelum break Maghrib adalah Horroh. Performa Band yang memainkan musik seperti Biohazard dan Hatebreed ini optimal. Saya juga menyukai aksi panggung vokalis dan gitarisnya yang percaya diri. Setelah Horroh selesai tampil, acara diistirahatkan untuk menghormati waktu Sholat Maghrib. Siapa nyana bahwa Horroh adalah band terakhir yang saya saksikan penuh pada gig ini.

Saya pulang ke kost untuk makan dan Sholat Maghrib. Setelah istirahat terlalu lama saya pun kembali bergegas ke venue. Perjalanan memakan waktu agak lama karena jalan sekitar stadion Kridosono yang saya lewati macet dikarenakan ada Ibadah Minggu. Saya tiba di venue pada pukul 19:20 WIB dan baru menonton satu band hardcore yang tidak saya ketahui namanya, saya sudah mendapat pesan elektronik dari seorang teman wanita yang meminta saya untuk menjemputnya. Walaupun sedikit merasa sayang untuk meninggalkan venue namun saya segera bergegas untuk menjemputnya (karena dia wanita, kalau dia pria? Sori aja bos).

Setelah sekitar setengah jam lebih meninggalkan venue demi mengantar dia pulang, saya kembali menuju venue. Namun karena bensin mobil sekarat saya memutuskan untuk pergi ke pom bensin terlebih dahulu. Ditengah perjalanan saya menuju pom bensin, hujan turun dengan amat derasnya. Saya merasakan firasat buruk akan kelangsungan gig ini yang membuat saya malas untuk kembali ke venue, namun tetap saya putuskan untuk menonton gig sampai habis. Hujan masih belum reda ketika saya tiba di Taman Budaya pada pukul 20:42 WIB, menembus hujan badai saya berlari - lari kecil menuju ke stage. Tapi di aula Taman Budaya saya melihat crowd sedang terduduk lesu. Semuanya basah, banyak yang basah kuyub. Ada yang bercanda ria, ada yang sibuk dengan ponselnya, dan ada juga yang bolak - balik dari stage untuk mengamankan alat musik. Saya menghampiri Jodie, drummer the Allison yang juga menonton acara ini dari siang. Dia berpendapat bahwa acara akan di cut akibat hujan. Sosis juga berpendapat demikian, dan dia berharap hujan segera reda agar King of Panda yang sudah jauh - jauh datang dari Bali tidak kecewa karena batal tampil. Selama hujan, saya menghabiskan waktu di aula dengan berbincang - bincang kepada Jodie dan teman - teman. Hujan reda pada pukul 22:42 WIB yang diikuti dengan rombongan crowd yang berjalan menuju tempat parkir Taman Budaya, tanda bahwa acara benar - benar di cut...sebuah akhir yang SAMA SEKALI TIDAK BAIK. Saya menyempatkan diri untuk melihat keadaan stage, dan benar, air menggenanginya. Situasi seperti ini jelaslah tidak menguntungkan bagi peralatan musik dan sound system yang memerlukan tenaga listrik. Sadar bahwa acara telah berakhir, saya pun beranjak untuk pulang namun sebelum itu tidak lupa untuk mengajak personel King of Panda berfoto bersama sebagai dokumentasi. Wajah mereka tetap ceria walaupun batal tampil namun Re-Tweet mereka akan tweet saya yang berbunyi "Panitia King of Panda Invasion Tour 2010, Jogjakarta harusnya belajar dari pengalaman Bayangan Merah ngadain gig di ampitheater Taman Budaya" mengindikasikan bahwa mereka, sebagaimana wajarnya orang lain, tidak berkenan akan situasi ini. Namun the curtain still calls, King of Panda akan tampil di Boshe, Jogjakarta pada hari Selasa tanggal 30 November 2010. This time, let's rock for real fellas.

That's all I say folks, thanks.

NB: kepada panitia King of Panda Invasion Tour 2010; be smarter in organizing your next show. Thanks.