Hari Rabu tanggal 4 Agustus pada pukul kurang lebih 16:00 WIB saya bersama kakak sepupu saya; bang Tory, dan teman saya; Adit tiba di Tennis indoor senayan untuk menonton konser All Time Low. Walaupun venue baru dibuka pada pukul 18:00 WIB, antrean masuk ke lobby venue sudah lumayan panjang. Sedikitnya ada 100 orang, sebagian besar remaja putri (for obvious reason), yang mengantri untuk masuk ke lobby. Setelah mengantri selama kurang lebih 15 menit, kami bertiga akhirnya tiba di lobby yang ternyata adalah halaman Tennis Indoor dan bukannya sebuah ruangan seperti yang saya bayangkan. Disini terdapat beberapa stand makanan, stand clothing Peter Says Denim, dan Macbeth Footwear. Melihat tulisan diskon 30% di stand Peter Says Denim, saya pun terpancing untuk melihat - lihat merchandise di stand tersebut. Di stand ini ada celana Jean's (of course), short, T - shirt, hoody, sailor hat, backpack, dan dompet. Saya membeli Titanium Short, T-shirt, dan dompet. Adit juga menyempatkan diri membeli beberapa merchandise. Brand Peter Says Denim ternyata bukan hanya diminati di Indonesia saja. Terbukti dari adanya 3 remaja asal Singapura yang saya lihat berbelanja di stand brand tersebut. Di tengah kesibukan saya berbelanja, saya melihat om Adrie Subono keluar dari ruang penitipan barang untuk ber koordinasi dengan anak buahnya. Kesempatan ini saya gunakan untuk mengajak orang yang sudah berjasa mendatangkan All Time Low ke Indonesia tersebut untuk berfoto bersama. Selain Peter Says Denim, saya juga menyempatkan diri untuk melihat - lihat stand Macbeth Footwear. I have to say that the stuffs in there was un inspiring and dull. Sepatu - sepatu yang dijual di stand tidak menarik minat saya. Meskipun begitu saya bertemu dan berbincang - bincang dengan Armand Azhar; gitaris dari No Talent, band Emo asal Jakarta yang cukup punya nama di scene indie. Isi perbincangan kami tidak berat. Hanya soal what's next buat No Talent. Kata Armand, No Talent sudah track recording 10 lagu minus vokal dan dalam waktu cukup dekat berencana untuk merilis album. Well, good luck bros. Saya juga difoto oleh panitia stand Macbeth Footwear untuk bahan dokumentasi brand karena saya memakai T-shirt Macbeth Oliver Sykes dan Macbeth New Era Baseball cap. Ketika matahari sudah mulai terbenam, teman kami; Hani Setya bersama seorang temannya bergabung dengan rombongan. Dua gadis tersebut nampak lebih antusias bila dibandingkan dengan kami bertiga. Melihat wajah - wajah personel All Time Low, hal tersebut sangatlah wajar. Pada sunset ini jua lah Peter Firmansyah, pemilik brand Peter Says Denim, tiba di lokasi. "Jadi ini pemilik dari satu - satunya brand asal Indonesia yang diiklankan di majalah Alternative Press?" Ujar saya dalam hati. Saya dan Adit pun mengajak Peter untuk berfoto bersama as a sign of admiration. Peter adalah pribadi yang menyenangkan. Dia sangat friendly terhadap orang yang ada di lobby baik itu pelanggan maupun teman - teman komunitas. Dia juga tidak sungkan untuk turun langsung melayani pelanggan walaupun anak buahnya sudah lebih dari cukup untuk itu. Melihat attitude Peter, tidak heran kalau brand yang dimilikinya bisa sedemikian sukses.
Pada pukul 18:00 venue dibuka untuk penonton. Setelah melalui antrian dan pemeriksaan selama kurang lebih 10 menit, kami pun akhirnya masuk ke dalam Tennis Indoor Senayan. Walau acara baru dimulai dua jam kemudian, sudah banyak crowd yang berjejalan di depan panggung. Ide saya untuk ikut berjaga di depan panggung ditolak oleh bang Tory dan Adit dengan dalih mudah saja untuk merangsek ke depan panggung saat konser sudah dimulai. "Kayak cewek aja kamu Wok, nggerumpel - nggerumpel depan panggung gitu." Ujar Adit. "Tenang aja, kalau sama aku pasti bisa ke depan." Tambah bang Tory. Walaupun yakin kalau merangsek ke depan panggung saat konser sudah dimulai itu sangat sulit mengingat banyaknya crowd yang akan menghadiri konser ini, saya memilih untuk mengalah dan ikut duduk di tengah - tengah Tennis Indoor bersama mereka. Selama menunggu di dalam venue, saya dan Adit beberapa kali keluar masuk untuk mengecek stand merchandise All Time Low. Akhirnya pada pukul 19:00 WIB, stand merchandise All Time Low dibuka dan langsung diserbu oleh konsumen. Stand ini hanya menjual 3 T-shirt All Time Low buatan lokal warna hitam, abu - abu, dan putih seharga masing - masing Rp. 150.000,-. Saya membeli sebuah T - shirt Dear Maria warna abu - abu, dan Adit membeli dua pieces T - shirt putih; satu untuk dia, dan satu untuk pacarnya (ciee). Saya baru sempat mengukur T-shirt tersebut Setelah sudah kembali ke dalam venue. Dan ternyata, walaupun sudah mengambil size paling besar, T - shirt nya tidak muat. Agar tidak mubazir saya pun menawarkannya kepada Hani. Saya mengiriminya pesan via BlackBerry Messenger soal niat saya untuk menjual T-shirt tersebut. tapi berhubung dia sedang berjibaku di depan panggung, pesan saya tidak dengan segera dibalas.
Venue sudah mulai dipadati oleh crowd pada pukul 19:20. Saya perkirakan ada sekitar dua ribu lima ratus crowd yang memadati zona festival. 25 menit kemudian jumlah crowd di zona festival bertambah menjadi sekitar 3.000 orang. Melihat begitu banyaknya orang di venue, sementara kami masih berada di mid row, saya mengajak bang Tory dan Adit untuk bergerak ke arah panggung. Kami bertiga pun berusaha untuk maju tapi seperti yang sudah saya duga, kami sulit bergerak karena banyaknya crowd yang tentu saja tidak ingin posisinya diambil orang lain. Akhirnya kami terjebak di middle row. Masih untung tidak ada orang bertubuh tinggi yang berdiri di depan kami.
Tepat pukul 20:00 WIB lighting dan dan asap di panggung mulai diaktifkan. Menandakan bahwa acara telah dimulai. Tak lama berselang, Rocket Rockers (opening act konser All Time Low) memulai performance mereka dengan lagu "Tunggu Apalagi?". Lagu pertama mereka terdengar tidak begitu enak karena ada kesalahan dalam pengaturan equalizer gitar Gibson SG milik Lope. Output suara Lagu ini membuat saya menarik kesimpulan bahwa sound system yang digunakan oleh pihak penyelenggara tidak begitu bagus. sehingga mustahil kami bakal bisa mendengarkan output suara seperti yang bisa didengar di segmen full concert All Time Low pada Straight To DVD. Sebelum memulai lagu kedua Lope mengganti Gibson SG nya dengan Les Paul. Mungkin untuk menghasilkan output suara yang cocok, karena memang output suara gitar Lope mulai terasa enak pada lagu ini. Aksi panggung Ucay menjadi daya tarik performance lagu "Episode Ini". Setelah selesai memainkan lagu tersebut, Rocket Rockers menyapa penonton "Tennis Indoor! Ayo kita pemanasan dulu sebelum ngelihat All Time Low!" Teriak Ucay. Walaupun lumayan banyak crowd yang men cheers kata - kata Ucay tersebut, mayoritas crowd meresponnya dengan cukup negatif. Saya rasa hal ini wajar saja, suasana dalam Tennis Indoor memang cukup membuat emosi naik. Panas, sesak, dan sulit menghirup oksigen, terutama bagi crowd di middle row seperti kami. Ditambah lagi dengan sudah tidak sabarnya crowd untuk menyaksikan performance All Time Low membuat mereka meneriakkan yel - yel "All Time Low!! All Time Low!! All Time Low!!" Sepanjang jeda dari lagu kedua ke lagu ketiga. Fortunately Rocket Rockers has Ucay. Sebagai frontman dalam band ini, Ucay sangat capable dalam menjalankan tugasnya. It's in his blood to draw attention, and he use it to make the best of situation. Dia tetap senyum, percaya diri, dan tidak salah tingkah ketika menghadapi crowd yang kurang bersahabat seperti pada waktu itu. "Tadi gue baca tweet nya Alex, katanya dia lagi beol hahaha." Ujar Ucay yang mencoba untuk menceriakan suasana. Perkataan Ucay tersebut disambut dengan kata "huuuuu!" Oleh crowd. "C'mon, mana nih Positive Mental Attitudenya hahaha." Balas Ucay sambil menunjuk inisial P.M.A pada T-shirt yang dikenakannya. Beberapa crowd mulai tertawa mendengar perkataan Ucay walaupun kebanyakan masih tetap meng "huuu!" nya. Sambil tetap tersenyum Ucay berkata "lo semua emang pada demen ama bule yak. Gue kasih tau ye, Rocket Rockers tuh peringkat satu di Top Download Pure Volume, All Time Low peringkat enam hahahaha." Suasana pun akhirnya ceria, crowd merespon Ucay dengan tawa dan "huuu!" Yang sifatnya bercanda. Ucay lalu berkata bahwa lagu ketiga mereka adalah kover dari sebuah lagu reggae klasik Indonesia yang bercerita tentang sebuah pulau di Indonesia yang sangat indah hingga pantas untuk dijadikan satu dari Tujuh Keajaiban Dunia. Aska menambahkan bahwa kita bangsa Indonesia pantas bangga atas semua yang kita miliki. Lagu ini cukup asyik, dan unik. Sayang respon crowd terhadap lagu ini lukewarm. Lagu selanjutnya adalah "Pesta". Ucay menunjukkan bakat rap nya pada chorus terakhir lagu yang direspon dengan baik oleh crowd ini. Selanjutnya adalah lagu yang saya nilai paling menarik dalam performance mereka; interlude berupa medley dari beberapa lagu termasuk "Billie Jean" dan "Black Or White" karya mendiang Michael Jackson. Lagu selanjutnya adalah "Lost Heart Tour", lagu yang menempatkan mereka di peringkat satu top download purevolume.com. Saya sangat antusias terhadap lagu ini, karena lagu ini belum dirilis di album manapun dan saya pun belum mengunduhnya. "Harus di download nih!" Batin saya ditengah performance. Setelah selesai memainkan "Lost Heart Tour", Aska meletakkan Fender Telecaster nya dan mengangkat sebuah gitar akustik. Crowd, termasuk saya, mendadak berteriak dengan penuh semangat seolah - olah tahu lagu apa yang akan dimainkan selanjutnya oleh Rocket Rockers. "Lagu ini untuk semua teman - teman yang sedang galau." Ujar Ucay. Aska kemudian memetik gitarnya yang diikuti oleh teriakan dan tepuk tangan crowd. Seperti yang sudah saya, dan besar kemungkinan crowd lainnya duga; "Ingin Hilang Ingatan" sedang dimainkan oleh Rocket Rockers. Hampir semua crowd sing along pada lagu ini. While for me, I subconsciously shed tears. This song is one of my all time "state of heart" soundtrack. I used to listen to this song on my iPod everytime I feel so screwed up. And that night I was listening that song live. I was so happy, I could cry. Lagu terakhir pada performance Rocket Rockers sebagai opening act buat All Time Low adalah "Hari Untukmu". Setelah mengucapkan terima kasih dan "please welcome, All Time Low!!" Pada crowd, mereka kembali ke backstage diiringi cheers dan thunderous hand clap dari crowd...tapi masih ada satu kejutan besar dari Rocket Rockers untuk crowd yang akan diberikan nanti.
Setelah dua puluh menit yang menyebalkan karena penuh dengan sing along cewek - cewek bersuara sumbang kepada lagu - lagu radio hits (especially to Lady "Freak Show" Gaga's "Bad Romance") yang diputar panitia, jeritan histeris crowd (lagi - lagi) putri kepada setiap kru All Time Low yang semuanya memiliki ras kaukasian karena mereka mengira kru tersebut adalah personel All Time Low, dan jatah air mineral gelas dari panitia yang tidak sampai ke middle row, All time Low akhirnya memulai performance mereka dengan sangat tidak membuang waktu diiringi teriakan histeris crowd. Lagu pertama All Time Low adalah "Damned If I Do 'Ya". Reaksi crowd terhadap performance All Time Low sangat positif. Ribuan orang yang ada di zona festival mengeluarkan handphone dan kamera digital mereka untuk memfoto All Time Low, serta sing along dan berjingkrak - jingkrak. Banyak juga yang men tweet apa yang sedang mereka alami saat itu, I was one of those who tweeted oftenly. Setelah selesai memainkan lagu pertama, Alex Gaskarth menyapa fans dengan kalimat "Hello Jakarta!!" Yang disambut meriah oleh crowd. ATL lalu memainkan lagu kedua mereka yang berjudul "Six Feet Under the Stars". Setelah selesai, mereka kembali berinteraksi dengan crowd. "This is the best crowd we've ever had after United States!" Ujar Alex. "Seriously we'll think about touring here again next time! We fucking love this place!" Tambah Jack Barakat diikuti oleh cheers dan tepuk tangan dari crowd. "Let's move in to Jakarta! We'll live in your basement!" Ujar Alex lagi. Saya, Adit, dan banyak crowd lainnya tertawa karena rumah orang Indonesia tidak dilengkapi dengan basement. Lagu ketiga adalah lagu dari album full length ketiga mereka yang membawa mereka ke mainstream exposure; "Nothing Personal" yaitu " A Party Song (the Walk of Shame)". Lagu berikutnya adalah "Coffee Shop Soundtrack" dari album full length pertama mereka; "the Party Scene", dan "Keep the Changes, You Filthy Animal". Ditengah performance kedua lagu ini, saya melihat ada sedikitnya tiga buah bra yang bergelantungan di stand microphone nya Jack Barakat. Persis seperti yang bisa kita lihat pada segmen full concert di Straight to DVD. Jumlah bra tersebut terus bertambah seiring berjalannya konser. Menurut saya hal ini tidak pantas dilakukan. Bagi negara yang menganut budaya barat seperti Amerika Serikat hal seperti itu sah - sah saja untuk dilakukan. Tapi bukankah bagi budaya ketimuran yang kita anut ini hal tersebut tergolong tidak senonoh? Kita seharusnya menjaga kehormatan serta martabat bangsa dan budaya kita di depan bangsa asing, bukannya malah menjatuhkannya hanya demi sebuah sensasi (hell, alasan lain kenapa saya tidak setuju dengan perbuatan gadis - gadis tersebut adalah rasa iri karena saya tidak kebagian beha). Meski demikian masih ada juga crowd yang mencoba untuk mempromosikan kebudayaan Indonesia dengan melempar blangkon ke atas panggung. Banyak dari crowd yang tertawa melihatnya dan berteriak "pakein, pakein! Hahaha!". Sayang kru All Time Low tidak ada yang tahu tentang blangkon dan menaruhnya begitu saja di belakang panggung. Bayangkan saja apabila Jack atau Alex memakai blangkon tersebut, itu akan menjadi hal tak terlupakan tentang All Time Low bagi kita semua. Selanjutnya adalah "Circles". Hal yang menarik dari performance ATL saat memainkan lagu ini adalah ketika mereka mengganti lirik pada line terakhir dengan chorus dari "Sugar We're Going Down" karya Fall Out Boy. Lagu ketujuh dan kedelapan adalah "Stella" dan "Break your Little Heart" dari album ketiga mereka: "Nothing Personal". Saya sangat bersemangat saat sing along lagu "Break Your Little Heart" karena lagu itu adalah lagu ATL favorit saya. Lagu selanjutnya adalah "Jasey Rae" yang terdengar tambah asyik saat dimainkan live. Lagu kesepuluh adalah "Poppin' Champagne" dilanjutkan dengan "Weightless". ATL lalu berkoar - koar tentang betapa mereka menyukai Indonesia dan berencana untuk pindah ke sini agar bisa sering berinteraksi dengan crowd Indonesia. Saya dan Adit berteriak "Ngapusi! Wis penak urip ning Amerika mesti wegah urip ning kene!" Sebagai tanggapan kami atas bualan Jack dan Alex. Lagu kedua belas adalah "Lost In Stereo" singles dari album "Nothing Personal". Seusai memainkan lagu "Lost in Stereo", ATL kembali ke backstage. Saya bertanya pada Adit "udah selesai nih?" Adit membalas "belum. Dear Maria belum dimainin, Too Much belum." Dan benar saja, lima menit kemudian ATL kembali ke panggung. "Give it all to Rocket Rockers!" Teriak Alex kepada crowd. Bisma dan kawan - kawan kembali ke panggung dan crowd berteriak dengan penuh rasa antusias. Kejutan yang sudah saya sebutkan diatas akan segera diberikan oleh Rocket Rockers. "Kami pengen ngebawain lagu dari Blink 182." Ujar Ucay. Tak lama kemudian Aska memainkan solo gitar dari "Dammit" yang diikuti oleh cheers dari crowd. Ucay dan Alex menjadi vokalis, Aska dan Jack sebagai gitaris, Zack dan Bisma bergantian memainkan bass, dan Rian menabuh drum di band kolaborasi satu malam yang diberi nama "All Time Rockers" oleh Alex. Aksi All Time Rockers diabadikan oleh Ozom melalui sebuah handycam. Saya tidak bisa berhenti sing along dan ber pogo, sudah lama saya menunggu band yang memainkan "Dammit" saat live dan malam itu harapan saya terwujud. Apalagi yang memainkannya adalah All Time Low dan Rocket Rockers, salah satu band pop punk terbaik di negaranya masing - masing pada saat ini. Seusainya, Rocket Rockers kembali ke backstage setelah bersalaman dan berpelukan dengan personel All Time Low. Alex lalu berkata tentang bagaimana karena Twitter mereka akhirnya sampai datang kesini. "I can't believe that it's all started on Twitter. I still remember the day that we appear on trending: 'ATL to Jakarta'. Woohooo!!" Ujar Alex. Dalam satu tahun terakhir ini dampak Twitter terhadap event organizing, khususnya di Indonesia, memang sangat terasa. Promotor sering mendatangkan band yang masuk di trending topic Twitter. Ajak sebanyak - banyaknya orang dan kirim tweet yang berisi tentang keinginan kita untuk menonton suatu band secara live, mention band yang ingin kita tonton dan promotor yang kita harapkan mampu mendatangkan band tersebut, and it maybe works. Twitter has changed our life and saved our asses recently. Lagu terakhir dari performance All Time Low malam itu adalah "Dear Maria, Count Me In", single tersukses All Time Low sampai saat ini. Hampir seluruh crowd sing along dan berjingkrak - jingkrak menikmati lagu dari album "So Wrong, It's Right" ini. Setelah itu, Alex dan Jack mengucapkan selamat tinggal kepada crowd serta berjanji akan mengadakan performance di Indonesia lagi. Sebelum kembali ke backstage All Time Low melempar beberapa perlengkapan panggung mereka ke penonton; Jack melempar pick - pick gitarnya ke penonton (saya berhasil mendapatkan satu buah pick dari Jack), Rian melemparkan satu slop stik drumnya, dan Alex melemparkan satu dari sepasang sepatunya. Saya, Adit, dan bang Tory menyempatkan diri berfoto di dalam venue sebagai kenang - kenangan sebelum meninggalkan ruangan.
Di lobby, saya sempat mengobrol dengan Armand mengenai konser barusan. "All Time Low tadi kurang komunikatif." Ujar Armand. Menurut saya yang paling disayangkan adalah output suara dari sound system nya yang kurang bagus. "Sound system nya tadi nggak imbang bro." Ujar saya kepada Armand yang kemudian diamini olehnya. Saya pun lalu berpamitan dengan Armand dan kembali ke rombongan untuk bersiap - siap pulang ke rumah bang Tory. Sebelum pulang saya menyempatkan diri untuk berpamitan dengan Peter. "Hati - hati bro, ntar konsernya the Maine ketemu lagi ya. Jangan lupa ntar belanja lagi hahaha." Ujar Peter. Dalam perjalanan kami menuju Plaza Senayan untuk mencegat Taksi saya membeli DVD lama New Found Glory yang berjudul This Disaster, juga menemui Hani untuk bertransaksi T-shirt All Time Low. Kurang lebih pukul 11:30 malam kami sampai di Rumah bang Tory di Bintaro sektor 5. Setelah makan malam dan mengganti pakaian, saya merebahkan diri diatas kasur untuk menghilangkan rasa penat yang ada di tubuh. "I want to be weightless and that should be enough." Ujar saya dalam hati sembari mencoba untuk tidur. Berharap besok pagi semua rasa lelah yang saya rasa akan hilang, tapi tidak dengan excitement yang saya rasakan malam itu.