Jumat, 03 Desember 2010

King of Panda Invasion Jogjakarta Tour 2010, Tuesday November 30 2010 in Boshe.

Setelah gagal menyaksikan penampilan King of Panda pada hari Minggu tanggal 28 November 2010, saya kembali mendapatkan kesempatan untuk menyaksikan penampilan band indie asal Bali ini di klab Boshe pada hari Selasa malam tanggal 30 November 2010. Selain King of Panda ada 4 band independen asal Jogjakarta yang mengisi acara ini yaitu Hangout, The Day Before Yesterday, Havin Hell, dan The Solomon.

Secara keseluruhan gig ini saya anggap berjalan dengan lancar sekali walaupun saya tidak suka dengan adanya seperangkat televisi yang diletakkan di depan stage. Mereka sangat mengganggu pandangan crowd terhadap band. Output suara peralatan musik dan tata suara yang digunakan di klab ini secara keseluruhan bagus walaupun cukup bergema dan tumpang tindih.

Performa band yang tampil pada acara ini bagus. Mereka adalah band - band yang telah matang; rapi secara musikalitas dan percaya diri ketika beraksi di panggung. Band yang tampil pertama adalah Hangout yang tidak saya saksikan. Penampil selanjutnya adalah The Day Before Yesterday; band screamo yang mengingatkan saya akan Alesana dan From First To Last. Acara diteruskan oleh Havin Hell; trio punk rock yang semua anggotanya adalah wanita. Mereka saya nilai adalah entertainer yang punya hasrat untuk selalu berinteraksi dengan penonton. Terbukti dari aksi panggung mereka yang kerap maju ke ramp di depan stage agar bisa berinteraksi langsung dengan crowd. Band pembuka terakhir adalah The Solomon; Band powerpop kawakan yang juga diidolakan oleh King of Panda.

King of Panda naik ke stage pada pukul 23:30 WIB. Permainan musik mereka rapi dengan aksi panggung yang catchy. Mereka memainkan musik yang berwarna mirip dengan Me Vs Hero, Four Year Strong, dan/atau Chunk! No, Captain Chunk!. Sangat asyik, tapi tidak memiliki hook yang nonjok. Acara berakhir pada pukul 00 lebih. Saya menyempatkan diri untuk berfoto bersama King of Panda dan pulang dengan perasaan puas.

Selasa, 30 November 2010

King of Panda Invasion Tour 2010, Jogjakarta; Rain On Our Parade

Pada hari Minggu tanggal 28 November 2010 saya kembali menginjakkan kaki di Ampiteater Taman Budaya Jogjakarta, tempat yang menjadi saksi bisu kesuksesan saya dan teman - teman dari Bayangan Merah dalam mengadakan gig Pop Punk vs Hardcore pada tanggal 24 September silam. Sesuai dengan sub-judul dari notes Facebook mengenai gig tersebut yang sudah saya tulis sebelumnya; "Pop Punk Vs Hardcore: No Rain Can Stop Us", hujan lebat yang mengguyur Jogjakarta pada Jumat siang waktu itu tidak menyurutkan minat para penikmat musik indie untuk bersenang - senang di pit. Dan kali ini saya mendapat kesempatan untuk menyaksikan performa dari King of Panda, band yang mendapat penghargaan sebagai Best New Comer pada ICEMA 2010 di tempat bersejarah tersebut

Namun kali ini kami tidak seberuntung dulu.

Hujan lebat yang mengguyur Taman Budaya pada minggu malam menjadi alasan batalnya performa Kids Won't Down, Hang Out, Baku Hantam, Reason To Die, dan King of Panda selaku main event dari King of Panda Invasion Tour 2010: Jogjakarta pada hari Minggu kemarin.

Kegagalan gig ini menurut saya disebabkan oleh human error berupa kesalahan panitia dalam menetapkan venue terlepas dari faktor budget atau apapun. Panitia seharusnya belajar dari kelabakan yang saya dan rekan - rekan Bayangan Merah alami pada Pop Punk Vs Hardcore karena stage yang tergenang air pasca hujan. Untungnya pada Pop Punk Vs Hardcore hujan lebat turun sebelum acara dimulai dan reda tidak lama setelah acara (seharusnya) dimulai. Itupun mengakibatkan acara melewati batas waktu walaupun akhirnya masalah perizinan tambahan waktu dan lain sebagainya berhasil diurus oleh Ramadhan Bayumurti, sang ketua panitia, hingga gig tersebut berakhir dengan sukses. Tapi pada King of Panda Invasion Tour hujan turun 2 jam sebelum batas waktu yaitu pada 23:00 WB dan reda hanya sekitar 18 menit sebelum batas waktu pada pukul 22:42. Ditambah dengan stage yang tergenang air, waktu yang diperlukan untuk membersihkannya, juga mood penonton yang memburuk, membuat acara tidak lagi kondusif untuk diteruskan.

Yang menjadi pertanyaan adalah "why take risk?" Cuaca di Jogjakarta tidaklah menentu, maka dari itu kenapa kita harus mengambil resiko dengan mengadakan gig di venue semi terbuka? Bukankah masih ada basement STIE YKPN di daerah Palagan yang menjadi venue dari Good Ear Therapy # 3 pada hari Minggu tanggal 23 Mei 2010 silam dimana hujan juga notabene turun pada hari itu. Namun acara tetap berjalan lancar tentu saja karena stage tidak tergenang air dan venue tetap kering. Tapi yah, kehendak alam memang tidak bisa dilawan. "Namanya juga nasib" jawab salah seorang personel King of Panda ketika saya tanya mengenai masalah ini.

Saya adalah orang yang percaya dengan kalimat "Semua yang diawali dengan baik akan diakhiri dengan baik" walaupun mungkin saya akan membuat pengecualian untuk gig ini. King of Panda Invasion Tour 2010 dimulai dengan lancar meski masih dibumbui keterlambatan (yah, namanya juga orang Indonesia, telat sudah membudaya). acara yang di flyer tertulis dimulai pada pukul 14:00 WIB baru dimulai pada pukul 15:00 WIB. Band yang tampil pertama adalah Kuda Besi. Performa dari band yang memainkan musik sejenis Madball atau Sick of It All ini optimal meski mendapat minim support dari crowd berhubung jumlahnya masih sedikit. Output suara dari sound system yang digunakan pada gig ini juga bagus, indikasi bahwa output suara keseluruhan performa band yang tampil akan bagus. Acara dilanjutkan dengan penampilan kedua dari Day Dreamer. Keterlambatan hadir dari band yang bersuara mirip dengan Set Your Goals ini membuat saya cukup jengkel, tapi performa mereka mengimpaskan hati saya terlebih saat mereka memainkan lagu "Echoes" dari album "Mutiny" karya Set Your Goals. Permainan mereka membakar adrenalin walaupun kurang rapi. Penampil ketiga adalah Find My Way Back band punk pop semacam No Use For A Name yang divokali oleh Sosis, bassis Kids Won't Down. Penampilan mereka rapi dan sangat menjiwai, sejauh yang saya lihat dan dengar tidak mempunyai kekurangan. Saya pribadi juga lumayan menggemari musik NUFAN dan merasa senang ketika Find My Way Back membawakan lagu "International You Day" karya NUFAN. Penampil selanjutnya adalah Kamar Mandi Atas, band yang namanya hanya berbeda satu kata dari Kamar Mandi; band ska punk asal Samarinda yang saya kategorikan sebagai "Freakchord Punk" sebagaimana halnya band yang dikategorikan sebagai "Fatwreck Punk". Melihat tingginya kesiapan personil dari segi peralatan musik (mereka membawa gitar, bass, efektor gitar, efektor bass, dan beberapa equipment drum) saya menduga akan menyaksikan sebuah performa yang menarik. Namun kenyataannya tidak begitu; tempo drum yang berantakan, output suara gitar dan bass yang tidak sinkron, output suara vokal yang terdengar malu - malu, dan output suara efektor gitar yang terdengar terbenam membuat lagu kesukaan saya yaitu "Linoleum" karya NOFX yang di kover oleh mereka jadi terdengar tidak enak. Selagi menunggu datangnya band selanjutnya yaitu Keju Amrik, duet MC di acara ini mencoba melucu di hadapan crowd. Saya beberapa kali terkikik ketika mendengar kata - kata dan melihat aksi mereka, seperti saat mereka mengadakan kuis berhadiah doorprize kepada crowd yang mau maju ke panggung dan menjawab pertanyaan mereka. Tantangan mereka dijawab oleh vokalis Kuda Besi. Ketika MC yang berkulit sawo matang dan berwajah lucu bertanya "sebutkan band - band yang tampil pada gig kali ini" sang vokalis menjawab "King of Panda, King of Macan, dan King of Gajah". Walaupun jawabannya jelas ngawur namun karena ke percayaan dirinya yang tinggi sang vokalis tetap mendapatkan doorprize berupa baju temon pengungsi Merapi. Sang vokalis berencana akan memberikan baju tersebut kepada pacarnya, sementara ada crowd yang berkata akan menjualnya kembali. MC mengakhiri basa - basinya ketika Keju Amrik datang ke stage. Performa band yang memainkan musik old school punk/hc seperti Propagandhi dan Fugazi ini optimal. Saya mengacungi jempol performa vokalisnya yang sangat enerjik. Penampil terakhir sebelum break Maghrib adalah Horroh. Performa Band yang memainkan musik seperti Biohazard dan Hatebreed ini optimal. Saya juga menyukai aksi panggung vokalis dan gitarisnya yang percaya diri. Setelah Horroh selesai tampil, acara diistirahatkan untuk menghormati waktu Sholat Maghrib. Siapa nyana bahwa Horroh adalah band terakhir yang saya saksikan penuh pada gig ini.

Saya pulang ke kost untuk makan dan Sholat Maghrib. Setelah istirahat terlalu lama saya pun kembali bergegas ke venue. Perjalanan memakan waktu agak lama karena jalan sekitar stadion Kridosono yang saya lewati macet dikarenakan ada Ibadah Minggu. Saya tiba di venue pada pukul 19:20 WIB dan baru menonton satu band hardcore yang tidak saya ketahui namanya, saya sudah mendapat pesan elektronik dari seorang teman wanita yang meminta saya untuk menjemputnya. Walaupun sedikit merasa sayang untuk meninggalkan venue namun saya segera bergegas untuk menjemputnya (karena dia wanita, kalau dia pria? Sori aja bos).

Setelah sekitar setengah jam lebih meninggalkan venue demi mengantar dia pulang, saya kembali menuju venue. Namun karena bensin mobil sekarat saya memutuskan untuk pergi ke pom bensin terlebih dahulu. Ditengah perjalanan saya menuju pom bensin, hujan turun dengan amat derasnya. Saya merasakan firasat buruk akan kelangsungan gig ini yang membuat saya malas untuk kembali ke venue, namun tetap saya putuskan untuk menonton gig sampai habis. Hujan masih belum reda ketika saya tiba di Taman Budaya pada pukul 20:42 WIB, menembus hujan badai saya berlari - lari kecil menuju ke stage. Tapi di aula Taman Budaya saya melihat crowd sedang terduduk lesu. Semuanya basah, banyak yang basah kuyub. Ada yang bercanda ria, ada yang sibuk dengan ponselnya, dan ada juga yang bolak - balik dari stage untuk mengamankan alat musik. Saya menghampiri Jodie, drummer the Allison yang juga menonton acara ini dari siang. Dia berpendapat bahwa acara akan di cut akibat hujan. Sosis juga berpendapat demikian, dan dia berharap hujan segera reda agar King of Panda yang sudah jauh - jauh datang dari Bali tidak kecewa karena batal tampil. Selama hujan, saya menghabiskan waktu di aula dengan berbincang - bincang kepada Jodie dan teman - teman. Hujan reda pada pukul 22:42 WIB yang diikuti dengan rombongan crowd yang berjalan menuju tempat parkir Taman Budaya, tanda bahwa acara benar - benar di cut...sebuah akhir yang SAMA SEKALI TIDAK BAIK. Saya menyempatkan diri untuk melihat keadaan stage, dan benar, air menggenanginya. Situasi seperti ini jelaslah tidak menguntungkan bagi peralatan musik dan sound system yang memerlukan tenaga listrik. Sadar bahwa acara telah berakhir, saya pun beranjak untuk pulang namun sebelum itu tidak lupa untuk mengajak personel King of Panda berfoto bersama sebagai dokumentasi. Wajah mereka tetap ceria walaupun batal tampil namun Re-Tweet mereka akan tweet saya yang berbunyi "Panitia King of Panda Invasion Tour 2010, Jogjakarta harusnya belajar dari pengalaman Bayangan Merah ngadain gig di ampitheater Taman Budaya" mengindikasikan bahwa mereka, sebagaimana wajarnya orang lain, tidak berkenan akan situasi ini. Namun the curtain still calls, King of Panda akan tampil di Boshe, Jogjakarta pada hari Selasa tanggal 30 November 2010. This time, let's rock for real fellas.

That's all I say folks, thanks.

NB: kepada panitia King of Panda Invasion Tour 2010; be smarter in organizing your next show. Thanks.

Selasa, 14 September 2010

Kamar Mandi - self-titled

Rilisan terbaru dari Freakchords Record, salah satu label musik independen tereksis di Samarinda. Track - track di album ini penuh dengan hook gitar yang melodius dan catchy serta bassline yang jazzy. Sayang tempo pedal drum pada beberapa track terdengar sedikit keteteran. Perpaduan genre punk rock dan ska di album ini sangat bernuansa old school. Mengingatkan saya akan Rancid, Kemuri, dan Operation Ivy. Walau secara musikalitas tidak terdengar istimewa, namun kualitas rekaman album ini patut diacungi jempol. Output suara album ini jernih dan seimbang dengan pengaturan equalizer yang pas. Hal yang mengganggu dari album ini adalah track - track berbahasa inggris yang tidak ditulis dan dilafalkan secara baik dan benar. Gramatically wrong I can say. However, kalau kita bisa memaklumi kesalahan penulisan dan artikulasi di album ini, this is a very worth listening album. Cocok didengarkan ketika sedang gila - gilaan di kamar bersama para sahabat.

Reccomended tracks dari saya adalah "Cigarrette", "Play Chess"; track ska yang groovy, dan "Release Me"; track akustik dengan ketukan drum yang mirip dengan ketukan drum Travis Barker pada lagu "There Is" karya Boxcar Racer.

Track Lists

1. Cigarrette (2:39)

2. Loser (3:01)

3. Menangis & Tertawa (3:26)

4. F**** Gossip (2:02)

5. Play Chess (2:12)

6. Kamar Mandi (3:34)

7. Release Me (3:51)

8. Sepeda (2:42)

9. Bicycle (2:59)

10. Don't Wanna Be ..!! (3:32)


The Vegas Wakeup - No Turning Back


E.P dari unsigned band asal Barrie, Ontario, Kanada yang mendeskripsikan diri mereka sebagai "A Pop Punk/Hardcore band from for fans of A Day To Remember and Four Year Strong". Saya baru tahu band ini setelah mereka me mention saya dan beberapa username di Twitter. Mereka mempersilahkan kami untuk mendownload album mereka setelah menebak bahwa kami adalah fan dari Veara (I don't know about them, but I am). Tempo double pedal dan distorsi gitar pada track - track di album ini memang mengingatkan saya akan A Day To Remember dan Four Year Strong dengan break down yang mirip dengan track - track Me Vs. Hero, dan lick - lick gitar yang sedikit bernuansa Daggermouth. Kualitas rekaman album ini sangat bagus. Output suaranya Balance, rapi, dan karakter treblenya cocok dengan musik yang mereka mainkan. Musical play Track - track di album ini masih orisinil. Mengindikasi kalau band ini masih belum dituntut untuk memenuhi selera pasar. Walau begitu, musical play di album ini terdengar agak weird dan sedikit out of place. Reccomended track dari saya adalah Fight On, Spread the News Like a Wildfire, dan Join the feast.

Track list
1. My Diagnosis (2:50)
2. Fight On (3:18)
3. Spread the News Like Wildfire (1:58)
4. Join the Feast (3:16)
5. No Turning Back (2:51)
6. Waves (2:44)

Download link: http://www.mediafire.com/?q899ldmxp2fdd66

Patric Wilson - DIluar Prediksi


An E.P from one of Jogjakarta's most renown bands. Diluar Prediksi berisikan 6 lagu pop punk dengan sedikit bunyi synthesizer, piano, dan electronic drum pada beberapa track. Banyak chorus dan hook - hook gitar dan vokal dari track - track di album ini yang catchy dan membuat saya sedikit bang my head. Tapi sayang, walaupun secara keseluruhan bagus, kualitas rekaman di album ini sedikit bermasalah. Selain output suara vokal yang agak terlalu menonjol dan berkarakter pasaran, bunyi drum terdengar mentah, terbenam, dan tidak begitu menyatu dengan bunyi instrumen lainnya. Selain itu output suara dari track - track di album ini juga tidak identik. Mengindikasikan bahwa track - track tersebut tidak dimixing dengan teknologi dan/atau dalam waktu yang sama. Beberapa reccomended track dari saya adalah Jangan Kembali; track dengan electronic drum plus looping pada intro serta chorus yang asyik, Katakan I Love You, dan Kick Your Boy bonus track dari album kompilasi Staireokids berjudul Respect the Others yang mengingatkan saya akan lagu - lagu pop punk awal tahun 2000 an.

Track List

1: Terlihat Bodoh (3:29)

2: Jangan Kembali (4:29)

3: I Am Afraid (feat. Chesa) (4:30)

4: Katakan I Love You (3:11)

5: Kick Your Boy (3:34)

6: Swear for this Night (3:12)

Score

3.5/5

Ps: I only have the MP3 album of this record, so give me a break if I make a mistake...

Attack the Headline - Living the Line of Jealousy


E.P dari band dancefloor/metalcore asal Jogjakarta ini memiliki kualitas rekaman dan musical play yang oke. Walaupun terdengar agak cheesy karena memiliki formula yang sama dengan Thirteen; band semi-alay, dan Attack - Attack, perpaduan output suara synthesizer/electro dengan distorsi gitar, vokal scream dan clean cempreng yang "metalcore-Indonesia-jaman-sekarang-banget", serta tempo drum di album ini ngena. Karakter treble output suara di album ini juga pas dengan musik yang mereka mainkan. Sayangnya karena karakter output suara yang treble ini juga lah tempo double pedal bass terdengar kurang rapi. Kover album, CD box, dan kover cd di album ini digarap dengan bagus dan tidak asal - asalan. Menunjukkan betapa matangnya persiapan Attack the Headline dalam merilis album ini. An overall good album.

Reccomended tracks

1: Tomorrow's Not For Us

2: Dirty Dance Disaster

3: What Happen If Godzilla Is In Your Next Door?

Score: 3.5/5

Kaos Kutang - Maximum Overdrive


The fifth album of Samarinda's finest punk rock band is highly anticipated, but for me...after 5 albums Kaos Kutang is becoming dull. Kenapa? Karena album ini masih memakai formula yang sama dengan 4 album sebelumnya: NOFXesque. Riff gitar, jazz scale bassline, ketukan drum, vokal gibberish Dimas, bunyi terompet, output suara rekaman, dan unsur - unsur lainnya yang sangat NOFX di album ini bisa ditemukan dengan mudah di album - album sebelumnya. In short, this album is a rip off of it's predecessors and NOFX. Walau tidak terdengar absurd dan out of place seperti "the Big Plans", album ini masih berada dibawah self-titled album mereka dan "Still Hot". Seperti biasa, teknikalitas musik dan kualitas rekaman album ini sangat superb. Terutama kualitas rekaman. Sejak album kedua mereka, Kaos Kutang selalu merilis record dengan kualitas rekaman yang sangat bagus untuk ukuran band indie. Output suara gitar terdengar sangat jelas, enak, dan pengaturan EQ nya pas. Ketukan snare drum Ardi tetap renyah seperti biasa dan temponya pada lagu - lagu di album ini asyik. Solo bass pada album ini memiliki karakter suara yang treble namun dengan pengaturan EQ yang bagus sehingga tidak terdengar cempreng. Plus, hell yeah lagu - lagu di album ini akan membuat hampir semua orang di pit berpogo rame - rame saat Kaos Kutang bermain live. I mean...it's Kaos Kutang man...what else can you expect? Mereka selalu menciptakan lagu yang membakar semangat crowd. CD tur Kaos Kutang di tahun 2009 (saya punya kesempatan untuk menyaksikan tur mereka secara langsung ketika mereka nampil di Jogja pada tanggal 11 Agustus 2009. Sayangnya waktu itu saya belum hapal jalanan di Jogja, so I didn't come at their show) Yang mereka sisipkan di album ini cukup seru. It's always fun for me to watch a tour documentation of a band. More so if the band is someones who are pretty close to me. Reccomended track saya di album ini adalah "We're KK", "Tour Is So Much Fun", dan "Maximum Overdrive"; track instrumental yang sangat catchy.

Lola Yesterday - Friend's Story


Debut E.P dari band asal Samarinda yang menurut saya terdengar seperti Emocore/Power Pop. Musikalitas album ini orisinil dan Kualitas rekamannya bagus. Output suaranya terdengar jernih, seimbang dan tidak bergema. Hal yang kurang saya sukai dari album ini adalah output suara distorsinya yang terlalu kasar dan vokal yang tidak begitu sinkron. Beberapa reccomended tracks di album ini adalah Hidup Berawal (hook synthesizer dan gitar pada intro sangat ngena sama saya), With Rinda; 8 Bit track yang tempo dan nada pada verse nya sedikit mengingatkan saya akan Everything is Alright nya Motion City Soundtrack, dan Misi Dari Sebagian Orang; track akustik yang bercerita tentang seseorang yang dikucilkan karena satu atau dua hal. Cocok didengarkan oleh mereka yang sedang memulai sesuatu yang baru, dan berharap bisa menemukan kesenangan didalamnya.

Jumat, 13 Agustus 2010

All Time Low Live From Tennis Indoor Senayan Jakarta On August 4th 2010

Hari Rabu tanggal 4 Agustus pada pukul kurang lebih 16:00 WIB saya bersama kakak sepupu saya; bang Tory, dan teman saya; Adit tiba di Tennis indoor senayan untuk menonton konser All Time Low. Walaupun venue baru dibuka pada pukul 18:00 WIB, antrean masuk ke lobby venue sudah lumayan panjang. Sedikitnya ada 100 orang, sebagian besar remaja putri (for obvious reason), yang mengantri untuk masuk ke lobby. Setelah mengantri selama kurang lebih 15 menit, kami bertiga akhirnya tiba di lobby yang ternyata adalah halaman Tennis Indoor dan bukannya sebuah ruangan seperti yang saya bayangkan. Disini terdapat beberapa stand makanan, stand clothing Peter Says Denim, dan Macbeth Footwear. Melihat tulisan diskon 30% di stand Peter Says Denim, saya pun terpancing untuk melihat - lihat merchandise di stand tersebut. Di stand ini ada celana Jean's (of course), short, T - shirt, hoody, sailor hat, backpack, dan dompet. Saya membeli Titanium Short, T-shirt, dan dompet. Adit juga menyempatkan diri membeli beberapa merchandise. Brand Peter Says Denim ternyata bukan hanya diminati di Indonesia saja. Terbukti dari adanya 3 remaja asal Singapura yang saya lihat berbelanja di stand brand tersebut. Di tengah kesibukan saya berbelanja, saya melihat om Adrie Subono keluar dari ruang penitipan barang untuk ber koordinasi dengan anak buahnya. Kesempatan ini saya gunakan untuk mengajak orang yang sudah berjasa mendatangkan All Time Low ke Indonesia tersebut untuk berfoto bersama. Selain Peter Says Denim, saya juga menyempatkan diri untuk melihat - lihat stand Macbeth Footwear. I have to say that the stuffs in there was un inspiring and dull. Sepatu - sepatu yang dijual di stand tidak menarik minat saya. Meskipun begitu saya bertemu dan berbincang - bincang dengan Armand Azhar; gitaris dari No Talent, band Emo asal Jakarta yang cukup punya nama di scene indie. Isi perbincangan kami tidak berat. Hanya soal what's next buat No Talent. Kata Armand, No Talent sudah track recording 10 lagu minus vokal dan dalam waktu cukup dekat berencana untuk merilis album. Well, good luck bros. Saya juga difoto oleh panitia stand Macbeth Footwear untuk bahan dokumentasi brand karena saya memakai T-shirt Macbeth Oliver Sykes dan Macbeth New Era Baseball cap. Ketika matahari sudah mulai terbenam, teman kami; Hani Setya bersama seorang temannya bergabung dengan rombongan. Dua gadis tersebut nampak lebih antusias bila dibandingkan dengan kami bertiga. Melihat wajah - wajah personel All Time Low, hal tersebut sangatlah wajar. Pada sunset ini jua lah Peter Firmansyah, pemilik brand Peter Says Denim, tiba di lokasi. "Jadi ini pemilik dari satu - satunya brand asal Indonesia yang diiklankan di majalah Alternative Press?" Ujar saya dalam hati. Saya dan Adit pun mengajak Peter untuk berfoto bersama as a sign of admiration. Peter adalah pribadi yang menyenangkan. Dia sangat friendly terhadap orang yang ada di lobby baik itu pelanggan maupun teman - teman komunitas. Dia juga tidak sungkan untuk turun langsung melayani pelanggan walaupun anak buahnya sudah lebih dari cukup untuk itu. Melihat attitude Peter, tidak heran kalau brand yang dimilikinya bisa sedemikian sukses.

Pada pukul 18:00 venue dibuka untuk penonton. Setelah melalui antrian dan pemeriksaan selama kurang lebih 10 menit, kami pun akhirnya masuk ke dalam Tennis Indoor Senayan. Walau acara baru dimulai dua jam kemudian, sudah banyak crowd yang berjejalan di depan panggung. Ide saya untuk ikut berjaga di depan panggung ditolak oleh bang Tory dan Adit dengan dalih mudah saja untuk merangsek ke depan panggung saat konser sudah dimulai. "Kayak cewek aja kamu Wok, nggerumpel - nggerumpel depan panggung gitu." Ujar Adit. "Tenang aja, kalau sama aku pasti bisa ke depan." Tambah bang Tory. Walaupun yakin kalau merangsek ke depan panggung saat konser sudah dimulai itu sangat sulit mengingat banyaknya crowd yang akan menghadiri konser ini, saya memilih untuk mengalah dan ikut duduk di tengah - tengah Tennis Indoor bersama mereka. Selama menunggu di dalam venue, saya dan Adit beberapa kali keluar masuk untuk mengecek stand merchandise All Time Low. Akhirnya pada pukul 19:00 WIB, stand merchandise All Time Low dibuka dan langsung diserbu oleh konsumen. Stand ini hanya menjual 3 T-shirt All Time Low buatan lokal warna hitam, abu - abu, dan putih seharga masing - masing Rp. 150.000,-. Saya membeli sebuah T - shirt Dear Maria warna abu - abu, dan Adit membeli dua pieces T - shirt putih; satu untuk dia, dan satu untuk pacarnya (ciee). Saya baru sempat mengukur T-shirt tersebut Setelah sudah kembali ke dalam venue. Dan ternyata, walaupun sudah mengambil size paling besar, T - shirt nya tidak muat. Agar tidak mubazir saya pun menawarkannya kepada Hani. Saya mengiriminya pesan via BlackBerry Messenger soal niat saya untuk menjual T-shirt tersebut. tapi berhubung dia sedang berjibaku di depan panggung, pesan saya tidak dengan segera dibalas.

Venue sudah mulai dipadati oleh crowd pada pukul 19:20. Saya perkirakan ada sekitar dua ribu lima ratus crowd yang memadati zona festival. 25 menit kemudian jumlah crowd di zona festival bertambah menjadi sekitar 3.000 orang. Melihat begitu banyaknya orang di venue, sementara kami masih berada di mid row, saya mengajak bang Tory dan Adit untuk bergerak ke arah panggung. Kami bertiga pun berusaha untuk maju tapi seperti yang sudah saya duga, kami sulit bergerak karena banyaknya crowd yang tentu saja tidak ingin posisinya diambil orang lain. Akhirnya kami terjebak di middle row. Masih untung tidak ada orang bertubuh tinggi yang berdiri di depan kami.

Tepat pukul 20:00 WIB lighting dan dan asap di panggung mulai diaktifkan. Menandakan bahwa acara telah dimulai. Tak lama berselang, Rocket Rockers (opening act konser All Time Low) memulai performance mereka dengan lagu "Tunggu Apalagi?". Lagu pertama mereka terdengar tidak begitu enak karena ada kesalahan dalam pengaturan equalizer gitar Gibson SG milik Lope. Output suara Lagu ini membuat saya menarik kesimpulan bahwa sound system yang digunakan oleh pihak penyelenggara tidak begitu bagus. sehingga mustahil kami bakal bisa mendengarkan output suara seperti yang bisa didengar di segmen full concert All Time Low pada Straight To DVD. Sebelum memulai lagu kedua Lope mengganti Gibson SG nya dengan Les Paul. Mungkin untuk menghasilkan output suara yang cocok, karena memang output suara gitar Lope mulai terasa enak pada lagu ini. Aksi panggung Ucay menjadi daya tarik performance lagu "Episode Ini". Setelah selesai memainkan lagu tersebut, Rocket Rockers menyapa penonton "Tennis Indoor! Ayo kita pemanasan dulu sebelum ngelihat All Time Low!" Teriak Ucay. Walaupun lumayan banyak crowd yang men cheers kata - kata Ucay tersebut, mayoritas crowd meresponnya dengan cukup negatif. Saya rasa hal ini wajar saja, suasana dalam Tennis Indoor memang cukup membuat emosi naik. Panas, sesak, dan sulit menghirup oksigen, terutama bagi crowd di middle row seperti kami. Ditambah lagi dengan sudah tidak sabarnya crowd untuk menyaksikan performance All Time Low membuat mereka meneriakkan yel - yel "All Time Low!! All Time Low!! All Time Low!!" Sepanjang jeda dari lagu kedua ke lagu ketiga. Fortunately Rocket Rockers has Ucay. Sebagai frontman dalam band ini, Ucay sangat capable dalam menjalankan tugasnya. It's in his blood to draw attention, and he use it to make the best of situation. Dia tetap senyum, percaya diri, dan tidak salah tingkah ketika menghadapi crowd yang kurang bersahabat seperti pada waktu itu. "Tadi gue baca tweet nya Alex, katanya dia lagi beol hahaha." Ujar Ucay yang mencoba untuk menceriakan suasana. Perkataan Ucay tersebut disambut dengan kata "huuuuu!" Oleh crowd. "C'mon, mana nih Positive Mental Attitudenya hahaha." Balas Ucay sambil menunjuk inisial P.M.A pada T-shirt yang dikenakannya. Beberapa crowd mulai tertawa mendengar perkataan Ucay walaupun kebanyakan masih tetap meng "huuu!" nya. Sambil tetap tersenyum Ucay berkata "lo semua emang pada demen ama bule yak. Gue kasih tau ye, Rocket Rockers tuh peringkat satu di Top Download Pure Volume, All Time Low peringkat enam hahahaha." Suasana pun akhirnya ceria, crowd merespon Ucay dengan tawa dan "huuu!" Yang sifatnya bercanda. Ucay lalu berkata bahwa lagu ketiga mereka adalah kover dari sebuah lagu reggae klasik Indonesia yang bercerita tentang sebuah pulau di Indonesia yang sangat indah hingga pantas untuk dijadikan satu dari Tujuh Keajaiban Dunia. Aska menambahkan bahwa kita bangsa Indonesia pantas bangga atas semua yang kita miliki. Lagu ini cukup asyik, dan unik. Sayang respon crowd terhadap lagu ini lukewarm. Lagu selanjutnya adalah "Pesta". Ucay menunjukkan bakat rap nya pada chorus terakhir lagu yang direspon dengan baik oleh crowd ini. Selanjutnya adalah lagu yang saya nilai paling menarik dalam performance mereka; interlude berupa medley dari beberapa lagu termasuk "Billie Jean" dan "Black Or White" karya mendiang Michael Jackson. Lagu selanjutnya adalah "Lost Heart Tour", lagu yang menempatkan mereka di peringkat satu top download purevolume.com. Saya sangat antusias terhadap lagu ini, karena lagu ini belum dirilis di album manapun dan saya pun belum mengunduhnya. "Harus di download nih!" Batin saya ditengah performance. Setelah selesai memainkan "Lost Heart Tour", Aska meletakkan Fender Telecaster nya dan mengangkat sebuah gitar akustik. Crowd, termasuk saya, mendadak berteriak dengan penuh semangat seolah - olah tahu lagu apa yang akan dimainkan selanjutnya oleh Rocket Rockers. "Lagu ini untuk semua teman - teman yang sedang galau." Ujar Ucay. Aska kemudian memetik gitarnya yang diikuti oleh teriakan dan tepuk tangan crowd. Seperti yang sudah saya, dan besar kemungkinan crowd lainnya duga; "Ingin Hilang Ingatan" sedang dimainkan oleh Rocket Rockers. Hampir semua crowd sing along pada lagu ini. While for me, I subconsciously shed tears. This song is one of my all time "state of heart" soundtrack. I used to listen to this song on my iPod everytime I feel so screwed up. And that night I was listening that song live. I was so happy, I could cry. Lagu terakhir pada performance Rocket Rockers sebagai opening act buat All Time Low adalah "Hari Untukmu". Setelah mengucapkan terima kasih dan "please welcome, All Time Low!!" Pada crowd, mereka kembali ke backstage diiringi cheers dan thunderous hand clap dari crowd...tapi masih ada satu kejutan besar dari Rocket Rockers untuk crowd yang akan diberikan nanti.

Setelah dua puluh menit yang menyebalkan karena penuh dengan sing along cewek - cewek bersuara sumbang kepada lagu - lagu radio hits (especially to Lady "Freak Show" Gaga's "Bad Romance") yang diputar panitia, jeritan histeris crowd (lagi - lagi) putri kepada setiap kru All Time Low yang semuanya memiliki ras kaukasian karena mereka mengira kru tersebut adalah personel All Time Low, dan jatah air mineral gelas dari panitia yang tidak sampai ke middle row, All time Low akhirnya memulai performance mereka dengan sangat tidak membuang waktu diiringi teriakan histeris crowd. Lagu pertama All Time Low adalah "Damned If I Do 'Ya". Reaksi crowd terhadap performance All Time Low sangat positif. Ribuan orang yang ada di zona festival mengeluarkan handphone dan kamera digital mereka untuk memfoto All Time Low, serta sing along dan berjingkrak - jingkrak. Banyak juga yang men tweet apa yang sedang mereka alami saat itu, I was one of those who tweeted oftenly. Setelah selesai memainkan lagu pertama, Alex Gaskarth menyapa fans dengan kalimat "Hello Jakarta!!" Yang disambut meriah oleh crowd. ATL lalu memainkan lagu kedua mereka yang berjudul "Six Feet Under the Stars". Setelah selesai, mereka kembali berinteraksi dengan crowd. "This is the best crowd we've ever had after United States!" Ujar Alex. "Seriously we'll think about touring here again next time! We fucking love this place!" Tambah Jack Barakat diikuti oleh cheers dan tepuk tangan dari crowd. "Let's move in to Jakarta! We'll live in your basement!" Ujar Alex lagi. Saya, Adit, dan banyak crowd lainnya tertawa karena rumah orang Indonesia tidak dilengkapi dengan basement. Lagu ketiga adalah lagu dari album full length ketiga mereka yang membawa mereka ke mainstream exposure; "Nothing Personal" yaitu " A Party Song (the Walk of Shame)". Lagu berikutnya adalah "Coffee Shop Soundtrack" dari album full length pertama mereka; "the Party Scene", dan "Keep the Changes, You Filthy Animal". Ditengah performance kedua lagu ini, saya melihat ada sedikitnya tiga buah bra yang bergelantungan di stand microphone nya Jack Barakat. Persis seperti yang bisa kita lihat pada segmen full concert di Straight to DVD. Jumlah bra tersebut terus bertambah seiring berjalannya konser. Menurut saya hal ini tidak pantas dilakukan. Bagi negara yang menganut budaya barat seperti Amerika Serikat hal seperti itu sah - sah saja untuk dilakukan. Tapi bukankah bagi budaya ketimuran yang kita anut ini hal tersebut tergolong tidak senonoh? Kita seharusnya menjaga kehormatan serta martabat bangsa dan budaya kita di depan bangsa asing, bukannya malah menjatuhkannya hanya demi sebuah sensasi (hell, alasan lain kenapa saya tidak setuju dengan perbuatan gadis - gadis tersebut adalah rasa iri karena saya tidak kebagian beha). Meski demikian masih ada juga crowd yang mencoba untuk mempromosikan kebudayaan Indonesia dengan melempar blangkon ke atas panggung. Banyak dari crowd yang tertawa melihatnya dan berteriak "pakein, pakein! Hahaha!". Sayang kru All Time Low tidak ada yang tahu tentang blangkon dan menaruhnya begitu saja di belakang panggung. Bayangkan saja apabila Jack atau Alex memakai blangkon tersebut, itu akan menjadi hal tak terlupakan tentang All Time Low bagi kita semua. Selanjutnya adalah "Circles". Hal yang menarik dari performance ATL saat memainkan lagu ini adalah ketika mereka mengganti lirik pada line terakhir dengan chorus dari "Sugar We're Going Down" karya Fall Out Boy. Lagu ketujuh dan kedelapan adalah "Stella" dan "Break your Little Heart" dari album ketiga mereka: "Nothing Personal". Saya sangat bersemangat saat sing along lagu "Break Your Little Heart" karena lagu itu adalah lagu ATL favorit saya. Lagu selanjutnya adalah "Jasey Rae" yang terdengar tambah asyik saat dimainkan live. Lagu kesepuluh adalah "Poppin' Champagne" dilanjutkan dengan "Weightless". ATL lalu berkoar - koar tentang betapa mereka menyukai Indonesia dan berencana untuk pindah ke sini agar bisa sering berinteraksi dengan crowd Indonesia. Saya dan Adit berteriak "Ngapusi! Wis penak urip ning Amerika mesti wegah urip ning kene!" Sebagai tanggapan kami atas bualan Jack dan Alex. Lagu kedua belas adalah "Lost In Stereo" singles dari album "Nothing Personal". Seusai memainkan lagu "Lost in Stereo", ATL kembali ke backstage. Saya bertanya pada Adit "udah selesai nih?" Adit membalas "belum. Dear Maria belum dimainin, Too Much belum." Dan benar saja, lima menit kemudian ATL kembali ke panggung. "Give it all to Rocket Rockers!" Teriak Alex kepada crowd. Bisma dan kawan - kawan kembali ke panggung dan crowd berteriak dengan penuh rasa antusias. Kejutan yang sudah saya sebutkan diatas akan segera diberikan oleh Rocket Rockers. "Kami pengen ngebawain lagu dari Blink 182." Ujar Ucay. Tak lama kemudian Aska memainkan solo gitar dari "Dammit" yang diikuti oleh cheers dari crowd. Ucay dan Alex menjadi vokalis, Aska dan Jack sebagai gitaris, Zack dan Bisma bergantian memainkan bass, dan Rian menabuh drum di band kolaborasi satu malam yang diberi nama "All Time Rockers" oleh Alex. Aksi All Time Rockers diabadikan oleh Ozom melalui sebuah handycam. Saya tidak bisa berhenti sing along dan ber pogo, sudah lama saya menunggu band yang memainkan "Dammit" saat live dan malam itu harapan saya terwujud. Apalagi yang memainkannya adalah All Time Low dan Rocket Rockers, salah satu band pop punk terbaik di negaranya masing - masing pada saat ini. Seusainya, Rocket Rockers kembali ke backstage setelah bersalaman dan berpelukan dengan personel All Time Low. Alex lalu berkata tentang bagaimana karena Twitter mereka akhirnya sampai datang kesini. "I can't believe that it's all started on Twitter. I still remember the day that we appear on trending: 'ATL to Jakarta'. Woohooo!!" Ujar Alex. Dalam satu tahun terakhir ini dampak Twitter terhadap event organizing, khususnya di Indonesia, memang sangat terasa. Promotor sering mendatangkan band yang masuk di trending topic Twitter. Ajak sebanyak - banyaknya orang dan kirim tweet yang berisi tentang keinginan kita untuk menonton suatu band secara live, mention band yang ingin kita tonton dan promotor yang kita harapkan mampu mendatangkan band tersebut, and it maybe works. Twitter has changed our life and saved our asses recently. Lagu terakhir dari performance All Time Low malam itu adalah "Dear Maria, Count Me In", single tersukses All Time Low sampai saat ini. Hampir seluruh crowd sing along dan berjingkrak - jingkrak menikmati lagu dari album "So Wrong, It's Right" ini. Setelah itu, Alex dan Jack mengucapkan selamat tinggal kepada crowd serta berjanji akan mengadakan performance di Indonesia lagi. Sebelum kembali ke backstage All Time Low melempar beberapa perlengkapan panggung mereka ke penonton; Jack melempar pick - pick gitarnya ke penonton (saya berhasil mendapatkan satu buah pick dari Jack), Rian melemparkan satu slop stik drumnya, dan Alex melemparkan satu dari sepasang sepatunya. Saya, Adit, dan bang Tory menyempatkan diri berfoto di dalam venue sebagai kenang - kenangan sebelum meninggalkan ruangan.

Di lobby, saya sempat mengobrol dengan Armand mengenai konser barusan. "All Time Low tadi kurang komunikatif." Ujar Armand. Menurut saya yang paling disayangkan adalah output suara dari sound system nya yang kurang bagus. "Sound system nya tadi nggak imbang bro." Ujar saya kepada Armand yang kemudian diamini olehnya. Saya pun lalu berpamitan dengan Armand dan kembali ke rombongan untuk bersiap - siap pulang ke rumah bang Tory. Sebelum pulang saya menyempatkan diri untuk berpamitan dengan Peter. "Hati - hati bro, ntar konsernya the Maine ketemu lagi ya. Jangan lupa ntar belanja lagi hahaha." Ujar Peter. Dalam perjalanan kami menuju Plaza Senayan untuk mencegat Taksi saya membeli DVD lama New Found Glory yang berjudul This Disaster, juga menemui Hani untuk bertransaksi T-shirt All Time Low. Kurang lebih pukul 11:30 malam kami sampai di Rumah bang Tory di Bintaro sektor 5. Setelah makan malam dan mengganti pakaian, saya merebahkan diri diatas kasur untuk menghilangkan rasa penat yang ada di tubuh. "I want to be weightless and that should be enough." Ujar saya dalam hati sembari mencoba untuk tidur. Berharap besok pagi semua rasa lelah yang saya rasa akan hilang, tapi tidak dengan excitement yang saya rasakan malam itu.

Rabu, 05 Mei 2010

MxPx All Star, Bandung 12 Desember 2009












Saya mengetahui tentang adanya MxPx All Star dari teman Facebook saya yang bernama Jimmy Anggara Sukma ketika pada tanggal 11 November 2009 dia men tag foto flyer awal MxPx All Star (di flyer tersebut ditulis bahwa MxPx All Star akan diadakan di Dago Tea House Bandung) ke akun Facebook saya. Saya pun langsung memberitahu orang tua saya mengenai hal ini sembari meminta izin. Mereka mengizinkan saya pergi ke Bandung asalkan saya pergi ke bersama dengan kakak sepupu saya yang bernama Tory Darmawan Hanindriyo (bang Tory). Kemudian pada acara pernikahan saudara sepupu saya pada tanggal 21 November 2009 di Surakarta, saya meminta tolong kepada kakak sepupu saya yang berdomisili di Bandung, yang bernama Horizon Anindita Pranowo, (mas Anta) untuk nanti membelikan tiket pre-sale MxPx All Star dan mereservasikan kamar hotel buat saya dan abang Tory. Pada tanggal 30 November 2009 mas Anta mengabari saya bahwa tiket untuk saya dan bang Tory telah dibeli seharga @ Rp.100.000,- serta mengabari bahwa venue acara dipindah ke Saparua Outdoor dan satu kamar Suite hotel Santika Bandung telah dipesan. Pada hari Sabtu tanggal 5 Desember 2009 saya dan bang Tory membeli tiket pesawat kelas ekonomi, penerbangan paling pagi, maskapai Garuda Indonesia untuk tanggal 12 dan 14 Desember 2009 tujuan Jakarta dan Jogjakarta respectively seharga total Rp.1.400.000,-. Dengan begini, Saya dipastikan bakal nonton dan hati saya pun senang bukan kepalang karena akhirnya saya akan bertemu dengan Mike Herrera dan Kris Roe yang merupakan idola saya.

Dirt happened! Saya baru bangun pada pukul 05:10 WIB padahal pesawat boarding pada pukul 05:40 wib. Saya langsung mandi tanpa menggosok gigi dan keramas, dan bersama dengan bang Tory, yang mengomel – ngomel karena kejelekan pengaturan waktu saya, mencegat taksi yang mangkal di depan Circle K jalan Kaliurang KM 5,5. Dengan kecepatan penuh, kami sampai di bandara Adi Sucipto pada pukul 05:25. Antrian masuk bandara yang panjang membuat saya gelisah bukan main, tapi Alhamdulillah akhirnya kami bisa boarding tepat pada pukul 05:40 WIB.

Perjalanan ke Jakarta ditempuh dalam waktu 50 menit. Pada pukul 06:30 wib kami mendarat di bandara Soekarno-Hatta, dan pada pukul 08:30 WIB melanjutkan perjalanan dari bandara Soekarno-Hatta ke Bandung dengan menaiki angkutan Pemadu Moda tujuan Bandung Supermall. Perjalanan dari Bandung menuju Jakarta ditempuh dalam waktu 3 jam, dan kami turun di Bandung Supermall pada pukul 11:30 WIB. Di Bandung Supermall, kami makan siang terlebih dahulu di Kentucky Fried Chicken dan saya menyempatkan diri membeli sepasang sepatu Macbeth Eliot F.P Mascho di Planet Surf. Setelah shalat dzuhur mas Anta menjemput kami dan kami bertiga menuju ke hotel Santika. Kami sampai di hotel Santika pada sekitar pukul 13:30 WIB. Dan setengah jam kemudian kami di drop oleh mas Anta di Saparua Outdoor untuk menyaksikan acara yang sudah ditunggu – tunggu.

Sesampainya di Saparua Outdoor, kami salah masuk. Bukannya menunggu bersama penonton lainnya di lobby kami malah masuk ke back stage dan mendapati pemandangan yang luar biasa dari kejauhan: Mike Herrera dan Kris Roe sedang latihan. Tapi sebelum sempat mengagumi terlalu lama, kami diberitahu oleh seorang panitia bahwa kami berada di area yang tidak boleh dimasuki penonton, dan diharapkan agar kami segera meninggalkan area ini. Kami pun segera menuju lobby.

Lobby tidak penuh. Mungkin tidak sampai seribu orang yang menonton gig ini. Meski demikian, tempat ini lumayan fun. Ada promo dan mini games yang diadakan oleh stasiun radio lokal dan sebuah merk pasta gigi, serta stan merchandise. Saya berniat membeli sebuah gig shirt. Akan tetapi yang t-shirt yang berukuran L sudah habis terjual. Lalu saya melihat seorang pria kulit putih yang bertubuh kurus tinggi, berbaju merah, berkepala botak, dan bertopi keluar dari exit door sambil membawa sebuah camcorder. Saya pun segera mengenali pria kulit putih tersebut; dia adalah Chris Wilson, bekas drummer Good Charlotte. Saya pun mengajak bang Tory untuk mengikuti Wilson dengan harapan bisa berfoto bersamanya, dan harapan kami terkabul. Pada pukul 03:00 kami memasuki venue.

Venue MxPx All Star sangat luas, akan tetapi berdebu dan tidak memiliki lampu. Kami berdua segera mengambil kesimpulan bahwa acara ini akan selesai sebelum matahari terbenam. Karena tidak boleh membawa minuman dari luar, kami membeli Coca Cola yang dijual oleh McDonald di dalam venue untuk menghilangkan rasa haus saat menunggu. 3 band pembuka MxPx All Star , secara berurutan, adalah Buckskin Bugle, Disconnected, dan Nudist Island. Saya tidak tahu judul dari lagu – lagu yang dibawakan oleh Disconnected dan Nudist Island disini karena saya bukan penggemar dari kedua band tersebut, saya juga hanya mengetahui 2 lagu yang dimainkan oleh Buckskin Bugle. namun saya akan berusaha untuk memberikan penilaian saya akan penampilan mereka.

Band pembuka yang pertama ditampilkan adalah Buckskin Bugle. Lagu mereka yang saya ketahui judulnya adalah “Dengan Kerasnya” dan “Satu Anthem”. Permainan musik Buckskin Bugle rapi dan catchy. Band pembuka kedua adalah Disconnected. Permainan mereka berkendala pada suara dari salah satu gitar mereka , dan synthesizer yang tidak terdengar. Ditengah penampilan Disconnected kami menyempatkan diri untuk berfoto dengan Teddy Bucskin Bugle yang sedang berada di balik security barrier.

Penampilan band pembuka yang ketiga dan terahir adalah Nudist Island. Band punk pop legendaris asal Bandung. Permainan musik Nudist Island rapi dan bertekhnik tinggi meskipun lagu – lagu mereka tidak se catchy Bucksin Bugle. Hal paling menghebohkan pada penampilan Nudist Island adalah digantikannya bassis dan gitaris Nudist Island oleh Kris Roe dan Mike Herrera respectively. What the? Ya, Kris Roe pada bass dan Mike Herrera pada gitar. “Bergabungnya” Kris Roe dan Mike Herrera dengan Nudist Island adalah untuk merayakan ulang tahun Drummer dari Nudist Island yang jatuh pada hari itu. Mereka membawakan lagu klasik dari the Ramones yang berjudul KKK Took My Baby Away. Lagu ini juga pernah di cover oleh MxPx dalam sebuah konser pada album live mereka yang berjudul At The Show. Ugeng, vokalis/gitaris Nudist Island, mengatakan bahwa bisa sepanggung dengan Mike Herrera dan Kris Roe itu adalah mimpi yang jadi kenyataan. Ucapan Ugeng langsung dihujani tepuk tangan penonton termasuk saya.

Setelah break selama kurang lebih 5 menit, MxPx All Star yang beranggotakan Mike Herrera (bass/vokal), Kris Roe (gitar/vokal), dan Chris Wilson (drum) memulai aksi panggung mereka. Lagu pertama yang mereka mainkan adalah My Life Story yang dilanjutkan oleh Secret Weapon. Ditengah penampilan mereka, Mike Herrera menyempatkan diri untuk mengobrol dengan crowd. Herrera berkata seperti ini “Hey, we just played from Kuala Lumpur last night.” Dan crowd pun langsung berteriak “HUUUUUUU!!!” Herrera lalu mengatakan “Yeah! But we love Indonesian crowds better! You guys rock!! Malaysians can suck on this!!” yang disambut oleh cheers dari crowd. Mereka lalu memainkan lagu Do Your Feet Hurt, Tomorrow's Another Day, Buildings Tumble, the Final Slowdance, Today Is In My Way, Doing Time, Middlename, In This Diary dan Yor Boyfriend Sucks karya the Ataris, Chick Magnet, Responsibility, San Dimas Highschool Football Rules milik the Ataris, dan Punk Rawk Show. Banyak crowd yang berpogo dan crowd surfing tanpa memperdulikan pasir yang beterbangan akibat ulah mereka. Senar keempat dari bass milik Mike Herrera putus sesaat sebelum memainkan lagu Punk Rawk Show, sehingga dia harus memainkan lagu itu pada senar ketiga. Total Chaos yang dijadwalkan manggung pada tanggal 13 Desember 2009 datang untuk menonton MxPx All Star. Acara selesai pada pukul 17:30 WIB.

Setelah acara selesai, bang Tory berniat untuk langsung kembali ke hotel. Tapi saya menyuruhnya untuk bersabar dan menunggu di exit door dengan harapan bisa mencegat Herrera dan Roe untuk berfoto bersama. Setelah 30 menit menunggu, Kris Roe keluar. Saya mengajaknya berfoto bersama, tapi saya dilarang oleh bodyguardnya. Saya kecewa tapi tidak patah semangat. Saya segera menuju ke backstage dan melihat Mike Herrera sedang dikerubuti oleh fans, panitia dan wartawan. Tanpa membuang waktu saya langsung masuk ke backstage dan mengajak Mike Herrera berfoto bersama. Sebelum dia masuk ke mobil, saya memberi topi trucker saya sebagai kenang – kenangan. Di backstage saya juga berfoto dengan Rob Chaos. Sebelum kembali ke hotel, kami menyempatkan diri untuk berfoto dengan Buckskin Bugle. Band opening act terbaik hari itu. Saya tiba di hotel dengan suara serak karena sepanjang konser berteriak – teriak dan sing along, dan tubuh yang capek setengah mati. Tapi saya merasakan puas sekali bisa menyaksikan MxPx All Star. Setelah beristirahat sejenak, kami mengelilingi kota Bandung untuk mencari makan. Keesokan harinya kami pergi ke Jakarta dan stay sehari di rumah bang Tory di Bintaro. Di Jakarta kami menyempatkan diri untuk pergi ke Pondok Indah Mall, dan saya membeli sebuah Macbeth New Era baseball cap. Subuh hari senin tanggal 14 Desember kami pulang ke Jogja dengan membawa banyak cerita dan foto.

Sebenarnya ada banyak hal yang ingin saya bicarakan dengan Herrera dan Roe. Terutama mengenai peran lagu – lagu MxPx dan The Ataris yang banyak saya jadikan anthem dalam hidup saya. Lagu yang bisa saya mainkan untuk pertama kali adalah Punk Rawk Show, dan lagu yang pertama kali saya perdengarkan ke pacar pertama saya back in high school adalah I.O.U One Galaxy. Saya tidak tahu apa yang terlintas di pikiran Herrera dan Roe ketika mereka melihat wajah saya secara langsung untuk pertama kalinya. I guess I’m not the center of their universes, but they are the centers of mine. Mereka adalah role model saya, plain and simple. Saya harap saya bisa bertemu lagi dengan mereka di kesempatan yang lain.

Kamis, 25 Februari 2010

Foreword

Well, kata orang nge-blog itu asyik. Jadi kucari tahu kebenarannya.